Press Release TIM KAJIAN GMNI Kalimantan Selatan

Pasca penetepan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 21 Mei 2019, khusus mengenai hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, sontak mendapatkan berbagai reaksi dari masyarakat.
Seperti yang diperkirakan sebelumnya, selepas pengumuman, mulailah terjadi eskalasi massa untuk memprotes hasil perolehan suara tersebut. Hal ini merupakan buah dari narasi kecurangan yang terus-menerus dibangun, yang kemudian sejalan dengan seruan "People Power" atau gerakan kedaulatan rakyat, oleh tokoh dan elit politik, dengan tujuan meminta keadilan terhadap penyelenggaraan Pemilu yang dinilai banyak terjadi kecurangan – kecurangan dalam pelaksanaannya. Bahkan mirisnya para elit dan tokoh tersebut pada awalnya lebih menekankan aksi jalananan ketimbang memilih jalur konstitusional dalam perjuangannya. Aksi jalanan tentunya sangat mudah untuk terjadi gesekan, sehingga tidak mengejutkan aksi massa kemarin berujung dengan kericuhan.
Menurut Yudha Pratama. selaku anggota Bidang Analisis Tim Kajian Pemilu GMNI Kalimantan Selatan, hendaknya seluruh pihak untuk menahan diri, tidak terpancing dengan isu – isu provokatif, dan tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang melawan hukum pasca pengumuman hasil rekapitulasi suara. Terlebih saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, harusnya momen ini dijadikan untuk melakukan rekonsiliasi yang tertunda oleh para tokoh dan elit yang terlibat langsung dalam kontestasi politik 2019, hal ini bertujuan agar terciptanya semangat persatuan dan kesatuan kembali serta meredam gerakan – gerakan kontraproduktif dalam berdemokrasi. Lalu, mewakili GMNI Kalimantan Selatan ia juga mengutuk aksi yang dilakukan pada tanggal 21 – 22 Mei 2019 yang berjalan dengan ricuh dan mengganggu stabilitas negara serta menimbulkan kerugian materiil maupun immateril di masyarakat dan menghimbau kepada pihak – pihak yang tidak puas terhadap hasil Pemilu untuk menempuh mekanisme hukum sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku. Tak lupa juga ia mendukung penuh aparat keamanan TNI/Polri untuk bersikap profesional dan tegas namun tetap terukur serta manusiawi dalam mengendalikan aksi massa ataupun upaya – upaya yang mengganggu ketertiban dan keamanan Negara.
Di sisi lain, Ridho A. G. D selaku Ketua Bidang Penindak Tim Kajian Pemilu GMNI Kalimantan Selatan menekan saat ini yang paling terpenting ialah bagaimana mewujudkan Rekonsiliasi. Ia berpendapat bahwa beberapa peristiwa – peristiwa kebelakang seperti pengancaman Presiden, upaya adu domba antar institusi keamanan negara, hingga ricuhnya aksi massa yang menimbulkan korban jiwa tak lepas dari narasi – narasi miring yang diciptakan oleh para tokoh dan elit. Maka sebab itu sudah cukup masyarakat di cecoki dengan narasi – narasi demikian, karena hal itu menimbulkan perspektif tersendiri di masyarakat dan memancing sebuah perbuatan sekanjutnya. Harusnya para tokoh dan elit memberikan narasi – narasi yang menyejukan dan menenangkan masyarakat. Terakhir, tugas kita sebagai rakyat Indonesia sesuai dengan Sosio – Demokrasi ialah mari kita bersama tuntut dan tantang sikap kenegerawaranan para elit - tokoh tersebut untuk sesegera mungkin bertemu. Jikalau hal tersebut terwujud, maka bukan saja menenangkan masyarakat Indonesia tetapi memberikan gambaran kepada dunia internasional betapa dewasanya sudah kita dalam berdemokrasi. Serta ia juga berharap tidak ada lagi aksi – aksi susulan yang berpotensi ditunggangi pihak - pihak tidak bertanggung jawab demi menjaga keamanan Nasional.


MERDEKA !!!!
MARHAEN MENANG !!!!
GMNI JAYA !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar