Dewasa ini, negara kita banyak dihantam oleh permasalahan yang berkaitan dengan Suku, Agama, Rasa, dan Antar Golongan atau yang sering disingkat SARA. Masalah yang mengaitkan tentang SARA sebenarnya adalah perbuatan yang berpotensi merusak atau bahkan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti yang terjadi tahun lalu di Singkil, Tolikara, dan bahkan pada masa kampanye Pilpres tahun 2014 lalu sungguh sangat ironis, kalau tidak bisa dikatakan sebagai tragedi.

Padahal kita sadar negeri ini terlahir dari banyak perbedaaan: banyak suku, banyak agama, banyak ras, banyak golongan, banyak bahasa, banyak budaya, dan lain sebagainya. Dari banyak aneka rupa itu, kita sepakat untuk bersatu menjadi sebuah negara-bangsa yang heterogen yaitu Republik Indonesia. Motto atau Semboyan Indonesia pun adalah Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meski berbeda-beda tapi tetap satu.
Entah banyak di antara kita yang lupa akan semboyan ini atau bahkan tidak mengetahui secara detil tentang makna yang terkandung di dalamnya sehingga dengan mudahnya kita memprovokasi dan terprovokasi dengan isu-isu yang berkaitan dengan SARA.
Dalam hal ini, saya berharap pemuda mengambil peran penting dalam menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia. Pemuda sebagai penerus bangsa wajib memahami makna dari Bhinneka Tunggal Ika agar dapat meredam, bahkan menghilangkan pandangan atau stigma yang menyatakan kelompok atau ajarannyalah yang paling benar (etnosentrisme, chauvinisme, atau fanatisme) sehingga bisa meredam munculnya potensi konflik SARA yang bisa jadi merupakan awal dari hancurnya persatuan Indonesia.
Selain Bhinneka Tunggal Ika, ada pula Ikrar pada Kongres Kedua Pemuda yang diprakarsai oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta) atau yang sering disebut sebagai Sumpah Pemuda. Perlu kita ingat kembali makna yang terkandung dalam ikrar atau sumpah tersebut, yaitu pemuda dari seluruh penjuru Indonesia, seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan lain-lain, berkumpul (tanpa membeda-bedakan daerah asal dan agama) demi mengaku bertumpah darah yang satu, mengaku berbangsa satu dan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Apa artinya? Sebelum negara Indonesia ini merdeka, pemuda-pemuda pendahulu kita sudah sadar bahwa mereka satu dalam artian tidak ada lagi perbedan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Suatu kemuduran yang terlampau jauh bagi Bangsa Indonesia khususnya pemuda Indonesia jika kita, para pemuda, begitu mudahnya terprovokasi atau bahkan memprovokasi dengan mengatasnamakan SARA.

Sony Samaritan, Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik FISIP UNLAM (Kader GMNI Banjarmasin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar