Tetapi kalau ada orang yang mau mengatakan: "Inilah Marhaenisme tulen yang dipahami oleh Bung Karno", saya menjawab: "Nanti dulu!" Kalau dihubungkan dengan nama Bung Karno, saya minta supaya Marhaenisme-nya itu seperti Marhaenisme-nya Bung Karno. Janganlah kok sekedar isme-isme, lantas dikatakan, "Inilah Marhaenisme tulen!" Nanti dulu, tanya dulu sama Bung Karno. Sebab, katakanlah yang menciptakan Marhaenisme Bung Karno; dus (jadi, ed.) tanya dulu apa yang dimaksudkan oleh Bung Karno dengan Marhaenisme-nya. Kalau tidak cocok dengan Marhaenisme Bung Karno, kasihlah nama lain; jangan dikatakan Marhaenisme. Nah, di Bogor tatkala didatangi rombongan itu saya berkata: Marhenisme adalah Marxisme yang diselenggarakan, dicocokkan, dilaksanakan di Indonesia.

Marhaenisme ini bahasa asingnya- "is het in Indonesia toegepaste Marxisme". Apa ini memang demikian, Marhaenisme adalah Marxisme yang diselenggarakan, dilaksanakan di Indonesia, "het in Indonesia teogepaste Marxisme?" Maka saya berkata kepada Saudara-saudara yang datang di situ: Kalau dus ingin memahami betul Marhaenisme ini saya menyimpang sebentar- harus memahami dua hal. Lebih dulu memahami Marxisme, apakah Marxisme itu, satu. Dan kedua, memahami keadaan-keadaan di Indonesia. Sebab Marhaenisme saya ulangi lagi- ialah Marxisme yang diselenggarakan di Indonesia, yang dicocokkan dengan keadaan Indonesia, "het in Indonesia teogepaste Marxisme". Dus dua hal ini harus dipelajari betul-betul. Yang mengenai Indonesia, misalnya, antara lain keadaan-keadaan seperti yang tempo hari dalam kursus pertama saya terangkan kepada Suadara-saudara, bahwa jika kita di Indonesia harus mengadakan politik persatuan dari seluruh Rakyat. Saya sudah terangkan tempo hari bahwa di Indonesia, kita tidak bisa mengadakan aksi melawan imperialisme sebagai yang dijalankan oleh Rakyat India terhadap imperialisme Inggris. Oleh karena keadaan di India lain lagi dengan keadaan di Indonesia dan imperialisme Inggris lain dari imperialisme Belanda.

Dulu sudah saya terangkan kepada Saudara-saudara di dalam kursus yang pertama antara lain- Saudara-saudara yang hendak memahami Marhaenisme harus kenal bahwa keadaan di Indonesia begini-begini-begini; bahwa imperialisme yang mengamuk dan bekerja di Indonesia begini-begini-begini; bahwa sejarah dari eksploitasi di Indonesia adalah begini-begini-begini. Dus, orang yang tidak mempelajari keadaan-keadaan di Indonesia tindak-tanduk imperialisme Belanda di Indonesia- orang yang tidak mengerti betul-betul keadaan Indonesia, orang yang demikian itu sebenarnya juga tidak bisa mengerti Marhaenisme. Oleh karena Marhaenisme adalah "Marxisme teogepaste in Indonesia", mempunyai syarat-syarat sendiri, yang tidak sama sebagai Rakyat di India, Rakyat RRT, Rakyat di Mesir, Rakyat di Pakistan adan Rakyat apa pun.

Maka itu saya berkata: Kenal dulu segala keadaan-keadaan di Indonesia, baru mengerti nanti Marhaenisme. Di pihak yang lain harus mengerti apa Marxisme itu. Jangan mengira bahwa Marxisme itu harus dus Komunisme. Tidak! Jangan mengira bahwa Marxisme itu dus Soska (Akronim dari Sosialis Kanan, julukan bagi tokoh-tokoh Partai Sosialis Indonesia, ed.). Tidak! Marxisme itu adalah satu "denkmethode", satu cara pemikiran. Cara pemikiran untuk mengerti perkembangan bagaimana perjuangan harus dijalankan, agar supaya bisa tercapai masyarakat yang adil. Ada orang yang dengan gampang berkata: "O, Marxisme itu adalah materialisme." Marxisme adalah adalah Historis Materialisme (Materialisme Sejarah, ed.). Selalu dilupakan perkataan "historis" (sejarah, ed.). "Marxisme adalah dus anti Tuhan."

Mana kitab Marxisme yang berkata bahwa Marxisme itu anti Tuhan? Marxisme adalah Historis Materialisme. Materialisme itu adalah macam-macam, ada yang anti Tuhan, tetapi bukan Historis Materialisme. Yang anti Tuhan itu materialisme lain, misalnya materialisme-nya Feuerbach: Filosofis Materialisme, Wijsgerig Materialisme. Itu yang mengatakan bahwa segala pikiran dus juga alam gaib yang bernama Tuhan itu- adalah "incretie", adalah perasaan dari materi. Feuerbach pernah berkata: Tidak ada pikiran, kalau tidak ada fosfor. Pikiran itu adalah hasil dari otak bekerja. Otak itu terdiri sebagian dari fosfor; dus kalau tidak ada fosfor di sini, tidak ada pikiran. Maka Feuerbach berkata: Tidak ada pikiran zonder (tanpa, ed.) fosfor. Maka benar perkataan ini dari sudut Filosofis Materialisme, Wijsgerig Materialisme. Tetapi Marxisme bukan Wijsgerig Materialisme.

Nah, Historis Materialisme itu apa? Itu adalah satu cara pengertian, bahwa sejarah itu telah menbuktikan, bahwa alam-alam pikiran yang berjalan di dalam masyarakat itu adalah terbawa oleh bentuk dari economische verhoudingen (hubungan ekonomi, ed.), productie-wijze (cara produksi, ed.) di dalam masyarakat. Itu adalah Historis Materialisme, jadi bukan Wijsgerig Materialisme.

Marx pernah berkata: "Es ist nicht das Bewuztsein des Menschen dasz sein Gesellschafft liebenseien, aber sein Gesellschafft liebenseien das sein Bewusztsein bestimmt". Bukan bewustzijn, (kesadaran manusia, alam pikiran manusia) yang menentukan corak segala materiil masyarakat itu cara produksi, cara mencari makan dan lain-lain- akan tetapi sebaliknya cara produksi, cara ekonomi, cara mencari makan dan lain-lain, dari masyarakat itulah yang menentukan bagaimana corak alam pikiran, kesadaran manusia. Ini adalah Marxisme. Kalau mau mengerti Marhaenisme harus mengerti ini dulu dan mengerti keadaan di Indonesia. Dua-duanya ini kalau sudah dimengerti, baru bisa mengerti Marhaenisme, sebagai yang saya maksudkan.



(Demokrasi Indonesia Membawa Corak Kepribadian Bangsa, Kursus ke-5 Tentang Pancasila, 3 September 1958 di Istana Negara, Pancasila Bung Karno, hal. 193-196) 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar