Jakarta, Sayangi.com – Setiap tahun perayaan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April biasanya selalu diisi dengan banyak kegiatan. Di antaranya seperti kewajiban memakai pakaian adat dari berbagai daerah pelosok Indonesia, lomba-lomba yang berbau perempuan seperti lomba memasak, pasang sanggul, merias wajah, dan peragaan busana.

Tradisi itu rupanya dikiritik oleh kaum perempuan atau Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Tradisi itu dinilai tidak menggambarkan apa sesungguhnya yang menjadi semangat dasar dari Hari Kartini.

“Hal-hal itu sama sekali tidak menjelaskan apa sesungguhnya yang dipersoalkan oleh RA. Kartini yang setiap tahunnya kita peringati,” ujar Presidium Sarinah GMNI Eviyanti Kumala dalam rilisnya kepada Sayangi.com, Senin (21/4/2014).

Menurutnya, hal terpenting pada Hari Kartini adalah refleksi  Perempuan Indonesia tentang kebersamaan niat dan semangat perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Hal itu termasuk di antaranya terhadap hal-hal seperti berbagai bentuk kekerasan, fisik, psikis, ekonomi, dan pendidikan, yang masih dialami kaum perempuan.

Eviyanti berpendapat bahwa yang paling penting itu adalah bagaimana mengimplementasikan  semangat Kartini di dalam kehidupan sehari-hari.

“Kartini yang bicara tentang pendidikan, pluralisme dan cita-citanya menempatkan kaum perempuan sederajat serta berkesampatan sama dalam segala hal dalam konteks bernegara dan berbangsa itu yang penting,” jelasnya.

Ia menambahkan Kartini dan perempuan zaman sekarang harus menjadi Ibu bangsa, karena kaum perempuan yang nanti melahirkan dan merawat anak-anak mereka untuk bisa menjadi pemimpin pemimpin di masa yang akan datang. Oleh karena itu bukan hanya ibu Kartini saja yang bisa jadi pejuang di zamannya.

“Kita juga kaum perempuan di seluruh Indonesia adalah pejuang di  zaman moderen dengan tidak meninggalkan tugas dan tanggung jawab masing-masing.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar